Kyoto Styudy

Bagi Anda yang ingin belajar di Kyoto Bagi pelajar internasional di Kyoto

STUDY KYOTO MAGAZINE

Seri kedua Artikel Khusus Culture Shock! Perbedaan Budaya Jepang dengan Negara Lain dari Perspektif Mahasiswa Asing

Seri kedua Artikel Khusus Culture Shock! Perbedaan Budaya Jepang dengan Negara Lain dari Perspektif Mahasiswa Asing

Setiap orang mengalami pengalaman culture shoock yang berbeda-beda. Hal-hal yang paling kita khawatirkan tentu akan berbeda dengan orang lain. Namun, mahasiswa asing yang belajar di Kyoto ternyata memiliki banyak pengalaman yang sama!
Saya yakin kalian semua sudah kangen dengan artikel khusus seri Culture Shock, jadi saya meminta mahasiswa asing untuk berkumpul lagi dan mendengarkan cerita mereka.

Apakah ada hal yang baru kalian sadari atau membuat penasaran akhir-akhir ini?

Kali ini, empat orang mahasiswa asing yang berkumpul untuk Study Kyoto adalah Katrina (Amerika Serikat), Wen dan Wang (keduanya dari Tiongkok), Pattana (Thailand), dan Adhiqa (Indonesia).

Jadi, di waktu apa kalian merasakan culture shock di Jepang?

Cara Berkomunikasi

Saat Rapat

Katrina: Baru-baru ini saya berkesempatan mengikuti sebuah acara, dan pematerinya berbicara tentang perbedaan antara rapat di Jepang dan rapat di luar negeri. Beliau berpikir bahwa di luar Jepang, rapat itu adalah untuk memutuskan sesuatu. Saya juga berpikir begitu. Sedangkan di Jepang bagaimana? Katanya, di Jepang itu rapat hanyalah ajang berbagi informasi. Oh iya juga! Saya pikir. Makanya rapat di Jepang memang terasa seperti itu! Kadang-kadang, setelah selesai rapat eskul di sekolah saya sering kepikiran sendiri, “Sebentar, jadi apa maksud rapat hari ini? Belum ada yang diputuskan!”

(Semua orang tertawa)

Tapi ternyata arti dari rapat itu adalah untuk berbagi pendapat dari semua orang, ya.

Wen: Di Cina, rapat itu untuk menyelesaikan masalah. Tentu saja, ada juga forum berbagi informasi, tapi kalau semua anggota mau menyampaikan pendapatnya.

Adhiqa: Di Indonesia juga sama, ada juga sesi sharing informasi, tapi kalau ada panggilan rapat, artinya kita harus memutuskan aksi selanjutnya.

Katrina: Saya rasa di eskul-eskul Jepang, adalah hal yang biasa untuk berkumpul, mendengarkan cerita, semua anggota mengekspresikan idenya, dan pada akhirnya pemimpinlah yang mengambil keputusan. Kalau di Amerika Serikat, keputusan itu diambil saat itu juga sewaktu semuanya masih berkumpul. Tapi di Jepang, kebanyakan keputusannya diambil setelah rapat, ya. Saya merasa disini perbedaan budayanya.

Pattana: Kalau saya berpikir di Thailand itu mirip seperti Jepang, kita berkumpul dan berdiskusi, tapi setelahnya yang mengambil keputusan itu hanya satu orang.

DSC_0010

 

Tentang kerendahan hati…

Kerendahan hati mengakar kuat dalam budaya Jepang sehingga ada cara berbicara yang disebut Kenjougo untuk menunjukkan kerendahan hati. Oleh karena itu, tidak heran jika mahasiswa asing merasa kaget dengan budaya tsb.

Katrina: Saya rasa orang Jepang tidak akan mencoba sesuatu kecuali mereka sangat yakin bahwa mereka mampu. Ketika merasa percaya diri, benar-benar melakukannya dengan baik! Tapi jika tidak, misalnya banyak yang bisa main piano, tapi selama bukan pemain profesional, orang Jepang tidak akan bilang bahwa mereka bisa main piano. Hal yang sama juga untuk bahasa Inggris. Kalau di luar Jepang, meskipun bahasa Inggris bukan bahasa ibunya, ada saja orang yang bilang kalau ”saya bisa bahasa Inggris ”. Tapi di Jepang, hampir tidak ada orang yang bilang sendiri kalau mereka bisa bahasa Inggris, tapi ternyata banyak juga kok yang bisa sedikit bicara dalam bahasa Inggris!

Pattana: Tapi kalau tidak percaya diri dia tidak akan bilang bisa, ya. Makanya seolah-olah seperti tidak bisa, ya.

 

Tentang Berbicara…

Katrina: Di Jepang tidak banyak mata kuliah yang memerlukan debat atau presentasi lisan, ya.

(Semua orang tertawa dan mengangguk)

Adhiqa: Di ruang kuliah yang besar, saat dosen bertanya siapa yang mau berpendapat, tidak ada satupun yang menjawab. Seringnya mahasiswa asing yang mengangkat tangan untuk menjawab.

Katrina: Sering begitu, ya! Hahaha Saat dosen meminta pendapat, mahasiswa asing yang merespons. (Semuanya mengangkat tangan dan tertawa) Dan biasanya saat itu barulah dosennya sadar kalau ada mahasiswa asing di kelas mereka.

Adhiqa: Kadang mahasiswa Jepang yang pernah belajar ke luar negeri angkat tangan juga ya.

Pattana: Kalau ada pertanyaan, mereka menunggu sampai kelas selesai baru bertanya pada dosen, ya.

Katrina: Pernah seperti itu terjadi di masa ujian! Saat dosen bertanya apa ada yang mau bertanya, tidak ada satu pun yang berbicara, tapi setelah kelas berakhir langsung mereka antri panjang di depan dosen. Saya tidak mengerti apa maksudnya! Hahaha

Wen: Katanya sih biar lebih adil, di Cina juga banyak seperti itu.

Pattana: Di Thailand juga banyak yang menunggu kelas selesai baru bertanya, ya.

(Saat Katrina bertanya mengapa, Wen menjelaskan alasannya. Bisa saja karena malu, atau kuatir kalau bertanya akan mengambil waktu dari mahasiswa lain).

DSC_0012

Katrina: Hmmm, kalau di Amerika saya akan tetap bertanya ya. Soalnya yang lain juga mungkin punya pertanyaan yang sama. Ujung-ujungnya jadi pada antri panjang juga kan!

Perbedaan Awal Dimulainya Semester

Kalau kita tidak pernah ke luar negeri, pasti merasa waktu dimulainya tahun ajaran baru itu sesuatu yang wajar, tapi bagi bara mahasiswa asing hal ini juga menjadi hal yang mengejutkan.

Katrina: Baru-baru ini saya menyampaikan ke siswa sekolah di Amerika kalau di Jepang tahun ajaran bari itu mulai di bulan April dan mereka terkejut. Di Cina bagaimana?

Wang: Di Cina kita lulus bulan Juni dan awal tahun ajaran baru di bulan September, ya.

Katrina: Naah, sama dengan Amerika, ya. Jadi lulus di bulan Juni, mulai lagi di bulan September atau lulus bulan Mei mulai lagi tahun ajaran baru bulan Agustus, salah satu dari itu, ya.

Adhiqa: Di Indonesia juga kebanyakan sama, ya. Kecuali kalau ada Ramadan sih. Tahun ajaran baru berubah menyesuaikan dengan waktu Ramadan. Dan karena Ramadan itu selalu maju dari sebelumnya, waktu liburnya pun bergeser menyesuaikan. Tahun ajaran baru disesuaikan dengan waktu berakhirnya Ramadan, jadi tiap tahun selalu jadi lebih lambat ya. Makanya Ramadan itu seperti berbarengan dengan waktu libur musim panas.

※Ramadhan ditentukan menurut kalender lunar, sehingga waktunya berubah setiap tahun.

Pattana: Di Thailand, tahun ajaran baru dimulai bulan Mei atau Juni. Tapi di Thailand tahun ajaran baru SMA dan Universitas itu beda, lho.

Katrina: Nah, berarti yang tahun ajaran barunya di mulai April itu cuma Jepang, ya!

Adhiqa: Kayaknya hal itu sulit sekali tersampaikan kepada orang Jepang. Kenapa? Karena saya mulai kuliah di musim gugur, jadi semuanya tidak mengerti saya itu semester berapa. Hahaha

 

Meskipun setelah perkuliahan dimulai, para mahasiswa asing sepertinya masih merasakan Culture Shock…

Artikel PopulerPopular Articles

Kategori

Popular Articles Artikel Populer

Kategori