Kyoto Styudy

Bagi Anda yang ingin belajar di Kyoto Bagi pelajar internasional di Kyoto

STUDY KYOTO MAGAZINE

Perbedaan antara Tokyo dan Kyoto menurut Pengalaman Mahasiswa Asing

Perbedaan antara Tokyo dan Kyoto menurut  Pengalaman Mahasiswa Asing

Tokyo adalah ibu kota Jepang. Meskipun begitu, kota-kota lain di Jepang juga memiliki daya tarik yang beragam. Kyoto, dengan sejarah lebih dari 1.000 tahun, adalah salah satu kota yang penuh pesona.

Kali ini, lima mahasiswa asing yang belajar di universitas di Kyoto telah datang berkumpul untuk berbincang-bincang dengan Study Kyoto. Mereka adalah Katrina (Amerika), Xuan (China), Adhiqa (Indonesia), Bill (China), dan Anh (Vietnam). Semua dari mereka memiliki pengalaman tinggal di Tokyo, sehingga pada kesempatan ini akan menceritakan perbedaan antara Tokyo dan Kyoto.

Tokyo dan Kyoto Kamarnya Berbeda!? Bagaimana dengan Lingkungannya?

Sepertinya ada perbedaan besar dalam kondisi tempat tinggal di Tokyo dan Kyoto. Kondisi transportasi juga sepertinya berbeda ya.

Bill: Hal yang paling memuaskan bagi saya ketika pindah ke Kyoto adalah bahwa kamar saya menjadi jauh lebih luas.

Katrina: Seberapa besar ruangan di tempat tinggal Anda di Tokyo?

Bill: Di Tokyo, pada tahun pertama saya tinggal di apartemen untuk dua orang. Luasnya mungkin hanya sekitar 30 meter persegi. Sekarang di Kyoto, saya tinggal sendiri dan ukurannya sekitar 25 meter persegi. Jauh lebih nyaman sekarang.

Adhiqa: Selain itu, di Tokyo, jika membuka jendela apartemen, hanya tembok-tembok yang terlihat. Setelah tinggal di Kyoto, saya bisa leluasa membuka jendela. Setiap kali saya membuka jendela, saya merasa hidup saya jauh lebih baik.

Xuan: Saya sudah tinggal di Kyoto cukup lama, dan bisa melihat pemandangan yang bagus dari kamar di sini.

Katrina: Saat ini saya tinggal di dekat kampus, dan jika saya membuka jendela rumah saya, saya bisa melihat kampus saya.

Jika dibandingkan dengan Kyoto, apakah jarak antara sekolah dan tempat tinggal di Tokyo berbeda?

Adhiqa & Bill: Oh, memang lebih jauh.

Bill: Di awal saya tinggal di Tokyo, tempat tinggal saya sekitar 40 menit naik kereta. Pada tahun kedua, saya menyewa share house di dekat sekolah, tapi lebih sempit, ukurannya sekitar 6 tatami saja. Biaya sewa juga sekitar 80.000 yen untuk 6 tatami.

※Tatami adalah ukuran rumah yang digunakan oleh agen rumah di Jepang. 1 tatami = 1,62m² atau lebih

Dari pengalaman saya, perbedaan biaya sewa antara Tokyo dan Kyoto sekitar dua kali lipat. Itulah sebabnya jarak dari sekolah juga jauh. Di Kyoto, banyak orang tinggal di dekat sekolah dan bersepeda ke sekolah.

Xuan: Saya pernah tinggal di asrama di Kyoto, yaitu di asrama sekolah bahasa Jepang. Asramanya dekat dengan supermarket dan juga dekat dengan sekolah. Keseharian saya sangat nyaman dan banyak toko-toko barang keperluan sehari-hari di sekitarnya.

Katrina: Jadinya tidak perlu repot memasak sendiri setiap hari ya?

Xuan: Benar sekali! Di sekitar situ, ada banyak restoran Cina dan restoran lainnya.

Bagaimana dengan Transportasi di Tokyo dan Kyoto?

Adhiqa: Selain itu, perbedaan yang saya rasakan antara Tokyo dan Kyoto adalah dalam hal kereta api. Kereta api di Tokyo datang sangat sering, mungkin sekitar 5 menit sekali. Kereta api jalur Yamanote bahkan datang setiap 2 menit. Di sini, mungkin sekitar setiap 15 menit sekali.

Katrina: Kereta Kintetsu, yang sering saya naiki, datang setiap 15 menit. JR datang setiap 30 menit. Saya dulu tinggal di Sendai, jadi kereta juga datang lebih sering. Sekarang, saya harus memeriksa jadwal kereta sebelum berangkat dari rumah.

Bill: Tetapi meskipun ada banyak kereta di Tokyo, kadang-kadang sulit untuk segera naik. Terkadang penuh dan harus menunggu kereta berikutnya.

Katrina: Di Kyoto, jarang sekali saya tidak bisa naik kereta api karena penuh. Tapi kalau bus, pernah juga.

Bus di Kyoto banyak dan frekuensi kedatangannya cukup sering. Terutama bus menuju Stasiun Kyoto juga sering datang.

Bill: Apakah Anda pernah tersesat ketika naik bus?

Adhiqa: Karena ada banyak bus, saya sering tersesat.

Katrina: Saya bingung pada awalnya. Tetapi setelah terbiasa, saya pikir bus itu bagus. Waktu awal-awal pun saya sering tersesat di persimpangan.

Bill: Waktu awal-awal, saya pernah salah naik bus sampai tiga kali berturut-turut (tertawa).

Katrina: Saya juga pernah salah naik bus, tapi sopir bus sangat ramah. Supirnya bilang “tidak apa-apa, tidak usah bayar lagi” (tertawa).

Anh: Yang saya rasakan, orang-orang di Kyoto sangat ramah dan sangat ahli dalam hal kimono, ikebana, dan upacara minum teh.

Artikel PopulerPopular Articles

Kategori

Popular Articles Artikel Populer

Kategori